Ririn Kurniawati (0807552)
Matematika
merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki peranan penting bagi disiplin ilmu
yang lain dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran ini
selalu diberikan di setiap jenjang pendidikan. Pemberian mata pelajaran
matematika ini tentu ada tujuannya, menurut Puskur (2002) tujuan
pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah
adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan
efektif. Selain itu menurut Soedjadi (2004) bahwa pendidikan matematika
memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) tujuan yang bersifat formal yang
memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak dan (2)
tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada penerapan matematika
serta kemampuan memecahkan masalah matematika.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis. Pentingnya matematika dalam kemampuan
berpikir logis faktanya belum tercapai. Hal ini terbukti dari hasil penelitian
Suryadi (2005) yang menemukan bahwa siswa kelas dua SMP di kota dan kabupaten
Bandung mengalami kesulitan dalam kemampuan mengajukan argumentasi serta menemukan
pola dan pengajuan bentuk umumnya. Sedangkan menurut Albrecht (Saragih;2004)
dasar pemikiran, argumentasi, kesimpulan atau hasil yang dicapai dengan
menerapkan argumentasi pada dasar pemikiran adalah suatu indikator seseorang
sampai pada berpikir logis. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan
berpikir logis matematika pada siswa kelas dua SMP masih rendah.
Rendahnya kemampuan berpikir logis
matematika pada siswa kelas dua SMP ini tidak lepas dari faktor minat dan sikap positif terhadap matematika
yang kurang. Seperti yang dikemukakan oleh Begle (1979) bahwa siswa yang hampir
mendekati sekolah menengah mempunyai sikap positif terhadap matematika yang
secara perlahan menurun tidak seperti pada permulaan mereka berkenalan dengan
matematika seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1988) bahwa anak-anak
menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan matematika
yang sederhana.
Siswa kelas VIII SMP juga masih
mengalami kesulitan dalam pembelajaran materi lingkaran. Hal ini berdasarkan
pengamatan awal Markhamah (2007) yang menemukan bahwa nilai ketuntasan belajar
materi pokok lingkaran siswa SMPN 15 Semarang tahun pelajaran sebelumnya adalah
6,5. Hasil tersebut masih kurang dari standar ketuntasan belajar minimum (SKBM)
yaitu 6,8. Siswa kesulitan dalam memahami besaran-besaran pada lingkarana
khususnya luas lingkaran dan luas juring. Jadi kelas tersebut perlu menerapkan
model pembelajaran khusus dalam meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati
(Markhamah, 2007) “ dalam proses pembelajaran ada empat komponen yang penting
yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana
belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran”.
Sehingga diperlukan model [pembelajaran dan bahan ajar yang baik yang dapat
meningkatkan keberhasilan belajar siswa.
Menurut Widyantini
(2006) mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif serta kemapuan bekerja sama. Model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama dalam kelompok adalah model pembelajaran kooperatif . Menurut Akinbobola
(Azizah, 2007:) model pembelajaran kooperatif dianggap sebagai model
pembelajaran yang efektif .Hal ini disebabkan oleh pembelajaran kooperatif
merupakan model belajar kelompok yang terdiri dari berbagi jenis latar
belakang, jenis kelamin, tingkat kemampuan yang berbeda dari tiap siswa yang mana
mereka belajar bersama-sama dalam satu kelompok untuk mencapai suatu tujuan
bersama yang diinginkan
Banyak bentuk inovasi dari model
pembelajaran ini salah satunya adalah Numbered
Heads Together (NHT). Model NHT ini menekankan pada melatih siswa agar mampu
berpikir dan bekerja secara berkelompok. Menurut Widyantini (2006) pada umumnya
NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran
atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Hubungan pemahaman
dengan kemampuan berpikir logis seperti dijelaskaan oleh Mukhayat
(Usydiana;2009) bahwa kemampuan berpikir logis dalam pembelajaran matematika
perlu dikembangkan karena dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan
pemahaman. Hal ini diperkuat pula dengan hasil penelitian Soemarmo (2005) yang
yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan
penalaran logis siswa dengan kemampuan pemahaman siswa. Sehingga metode NHT
cocok digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam mengeksplor kemampuan berpikir
logisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Begle, E. G. (1979). Critical Variables in Mathematics Education.
Washington D.C: The Mathematical Association of America and NCTM.
Markhamah, Siti. (2007). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Pokok Bahasan Lingkaran Siswa
Kelas VIII A Semester II SMP Negeri 15 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi
UNNES Semarang : tidak diterbitkan.
Puskur. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta: Balitbang Widyantini.
Ruseffendi, H.E.T. (1988). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.
Saragih, Sahat (2006). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap
Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal
pendidikan dan Kebudayaan.Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan volume 12
No.61.
Sarhani. (2006). Desain Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Interaktif Tipe Simulasi untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Krtitis Siswa SMA. Skripsi UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Soedjadi, R. (2004). PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan.
Buletin PMRI. Edisi III, Jan 2004. Bandung: KPPMT ITB Bandung.
Sumarmo,
U. (2005). Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU
serta Mahasiswa Strata Satu (S1) melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran.
Laporan Penelitian Lemlit UPI.: Tidak Diterbitkan
Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak
Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi
Doktor pada PPS UPI:Tidak Diterbitkan.
Usdiyana, Dian. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA Vol
13 No. 1 Aprill 2009: Bandung
Widyantini.(2006). Model Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kooperatif.Modul Paket Pembinaan Penataran.Depdiknas. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar