2.1
Pengertian Drainase
“Drainase merupakan salah satu
fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan
infrastruktur khususnya).” (http://one.indoskripsi.com/node/6063)
Azwaruddin (2008) mengutarakan
bahwa drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem
drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase
terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector
drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan
air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan
lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah,
pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.
Dikutip dari (http://one.indoskripsi.com/node/6063). Bahwa dari
sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan
tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek,
genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara
lain:
1.
Mengeringkan daerah
becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
2.
Menurunkan
permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
3.
Mengendalikan erosi
tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
4.
Mengendalikan air
hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
2.2
Jenis Drainase dan Permasalahannya
Menurut Rato jenis drainase dan permasalahannya dapat
diuraikan sebagai berikut.
1.
Drainase
yang meliputi jenis, sistem, dan permasalahannya
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan
irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat
juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas.
a.
Jenis
– jenis drainase
1)
Menurut
sejarah terbentuknya:
a)
Drainase
alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah, tidak terdapat bangunan
penunjang.
b)
Drainase
buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan
khusus.
2)
Menurut letak
bangunan:
a)
Drainase
permukaan tanah (surface drainage)
Suatu sistem pembuangan air untuk menyalurkan air di permukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
Suatu sistem pembuangan air untuk menyalurkan air di permukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
b)
Drainase
bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
c)
Pada jenis
tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air
tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
3)
Menurut
fungsi :
a)
Single
purpose
Suatu jenis air buangan: air hujan, limbah
domestik, limbah industri, dan sebagainya.
b)
Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur.
4)
Menurut
konstruksi :
a)
Saluran
terbuka
b)
Saluran
tertutup
Untuk air kotor di saluran yang terbentuk di
tengah kota.
b.
Sistem
dan permasalahan drainase
1)
Sistem
drainase dibagi menjadi:
a) tersier
drainage
b) secondary
drainage
c) main
drainage
d) sea
drainage
2) Permasalahan drainase:
Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang
sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam
perencanaan, antara lain :
a)
Peningkatan
debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas
sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung
debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
b)
Peningkatan
jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat
cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk
selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatan
penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun
pada sampah.
c)
Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang
berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut
pasang.
d)
Penyempitan dan pendangkalan saluran
e)
Reklamasi
f)
limbah sampah dan pasang surut
c.
Penanganan
drainase perkotaan:
1)
Diadakan
penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2)
Dibuat bak
pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang
dengan cepat agar tidak mengendap
3)
pemberian
sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4)
Peningkatan
daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.
5)
Mengelola
limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
2.
Drainase lainnya
a.
Drainase Jalan Raya
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan
luar kota. Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu
mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka
tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman
diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka
lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat
masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu
lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet.
Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk
jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan
jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat
pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar
jalan kearah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan
tersebut. Jika jalan tidak lurus, menikung, maka kemiringan jalan satu arah,
tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan
menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan
adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari
saluran.
b.
Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan
pada draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan
area yang sulit diresapi, maka analisis kapasitas/debit hujan memepergunakan
formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya
lebih kecil atau samadengan 1,50% , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50%
sampai 5%. Kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama
dengan 0,10%, ketentuan dari FAA. Amerika Serikat, genangan air di permukaan
runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di
sekeliling runway dan shoulder, harus ada saluran terbuka untuk drainase
mengalirkan air (Interception ditch) dari sisi luar lapangan terbang.
c.
Drainase
Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan
berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of
pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak
boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007.
Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara
keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector
drain.
2.3
Sistem Drainase Perkotaan
Pertumbuhan kota dan
perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi
sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Sebagai contoh
ada perkembangan beberapa kawasan hunian yang diperkirakan sebagai penyebab
banjir dan dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena
perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan. Oleh karena itu
setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase.
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah
suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan,
yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah,
rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi
listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta
tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi
mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan
dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. (Azwaruddin, 2008).
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia
bermukim, pada masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat
mengganggu kehidupan manusia. Selain itu semakin kompleksnya kegiatan manusia
dapat menghasilkan limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu kelangsungan
hidupnya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kenyamanan dan
kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya
dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan.
(Azwaruddin, 2008).
Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih
dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak
terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota
terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan
merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan
dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. (Azwaruddin, 2008).
Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka
akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu
akan semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman
khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan
air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas hidup
penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat. (Azwaruddin,
2008).
Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada
suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui peermukaan tanah (surface
drainage) atau lewat di bawah permukaan tanah (sub surface drainage), untuk
sibuang ke sungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air
hujan, air limbah domestik ataupun air limbah industri. Jaringan perkotaan
meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya
terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau
bermuara ke laut di tepi kota tersebut.
Drainase perkotaan bertujuan
untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan
maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu
kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka
drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam
suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.
Dengan adanya suatu
sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan
perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan,
kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada
umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah
yang tidak teratur, maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan
menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman
seluruh masyarakat.
2.4
Sumber Air Buangan
Secara umum
sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-kelompok yang disesuaikan
dengan perencanaan air minum yang ada diantaranya dari rumah tangga,
perdagangan, industry sedang dan ringan, pendidikan, kesehatan, tempat
peribadatan, dan sarana rekreasi. Untuk menghindari terjadinya pembusukan dalam
pengaliran air buangan harus sudah tiba di bangun pengolahan tidak lebih dari
18 jam untuk daerah tropis.
Dalam perencanaan,
estimasi mengenai total air buangan dibagi dalam tiga hal, yaitu:
1.
Air buangan
domestik, maksimum aliran air buangan domestik untuk daerah yang dilayani pada
periode waktu tertentu.
2.
Infiltrasi air
permukaan (hujan) dan air tanah (pada daerah pelayanan dan sepanjang pipa).
3.
Air buangan
industri dan komersial, tambahan aliran maksimum dari daerah-daerah industri
dan komersial.
2.5
Sistem Jaringan Drainase
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat
macam, yaitu :
1.
Sistem Drainase
Utama, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga
masyarakat kota.
2.
Sistem Drainase
Lokal, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga
masyarakat kota.
3.
Sistem Drainase
Terpisah, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah
untuk air permukaan atau air limpasan.
4.
Sistem Gabungan, sistem drainase yang
mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau
air limpasan yang telah diolah.
2.6 Sistem Pengumpulan Air Buangan
Pada sistem pengumpulan air buangan yang diperhatikan ada
dua macam air buangan, yaitu air hujan dan air kotor (bekas). Cara atau sistem
buangan ada tiga, yaitu:
1.
Sistem terpisah
(separate system)
Air kotor dan air hujan
dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah. Pemeliharaan sistem
ini atas beberapa pertimbangan antara lain:
a.
Periode musim hujan
dan kemarau yang terlalu lama.
b.
Kuantitas yang jauh
berbeda antara air buangan dan air hujan.
c.
Air bangunan
memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak peril dan harus
secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat pada daerah yang ditinjau.
Keuntungan
pada sistem terpisah antara lain:
a.
Sisitem saluran
mempunyai dimensi yang kecil sehingga memudahkan pembuatannya dan operasinya.
b.
Penggunaan sistem
terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat.
c.
Pada instalasi pengolahan
air buangan tidak ada tambahan beban kapasitas, karena penambahan air hujan.
d.
Pada sistem ini
untuk saluran air buangan bisa direncaakan pembilasan sendiri, baik pada musim
kemarau maupun pada musim hujan.
Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian,
yaitu harus membuat dua sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan
biaya yang cukup besar.
2.
Sistem tercampur
(combined system)
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran
yang sama. Saluran ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan atas
beberapa pertimbangan, antara lain:
a.
Debit masing-masing
buangan relatif kecil sehingga dapat disalurkan.
b.
Kuantitas air
buangan dan air hujan tidak jauh berbeda.
c.
Fluktuasi curah
hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
Keuntungan
pada sistem tercampur antara lain:
a. Hanya diperlukan satu sistem penyaluran air sehingga
dalam pemilihannya lebih ekonomis.
b. Terjadi pengeceran air buangan oleh air hujan sehingga
konsentrasi air buangan menurun.
Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian,
yaitu diperlukan area yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan untuk
penanggulangan di saat-saat tertentu.
3.
Sistem Kombinasi
(pscudo separate system)
Sistem kombinasi merupakan perpaduan antara saluran air
buangan dan saluran air hujan dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air
hujan tercampur dalam saluran air buangan. Sedang air hujan berfungsi sebagai
pengecer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak bersat tetapi dihubungkan
dengan sistem perpipaan interseptor. Beberapa
faktor yang dapat digunakan dalam menentukan pemilihan sistem adalah:
a.
Perbedaan yang
besar antara kuantitas air buangan yang akan disaluran melalui jaringan
penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah pelayanan.
b.
Umumnya di dalam
kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya diuang ke dalam
sungai-sungai tersebut.
c.
Periode musim
kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan yang tidak tetap.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka
secara teknis dan ekonomis sistem yang memungkinkan untuk diterapkan adalah
sistem terpisah antara air buangan rumah tangga degan air buangan yang berasal
dari air hujan. Jadi air buangan yanga akan diolah dalam bangunan pengolahan
air buangan hanya berasal dari aktivitas penduduk dan industri.
2.7
Diskripsi Lingkungan Fisik dalam Sistem Drainase
Diskripsi lingkungan fisik yang dianggap penting
diketahui sesuai jenisnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Tata guna lahan,
merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan lahan didaerah
rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus mencakup tentang kondisi
eksisting maupun rencana pengembangan di masa mendatang. Informasi tersebut
diperlukan untuk enentukan lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk
merencanakan drainase yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah
dari daerah yang bersangkutan.
2.
Prasarana lain,
informasi tentang prasarana lain yang dimaksud meliputi jaringan jalan, air
minum, listrik, jaringan telepon dan jaringan lain yang diperkirakan dapat
menyebabkan bottle leck. Ini dimaksudkan
sebagai pertimbangan dalam menentukan trase saluran dan untuk mengidentifikasi
jenis bangunan penunjang yang diperlukan.
3.
Topografi,
informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran dan batas wilayah
tadahnya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban perlu dilakukan pada skala 1 :
5.000 atau 1 : 10.000 dengan beda kontur 0,5 meter di daerah datar, dan beda
kontur 1 meter pada daerah curam. Pemetaan tersebut perlu mengacu pada suatu
datum survai yang dikenal. Pemetaan kontur dengan skala 1 : 50.000 atau 100.000
juga munkin diperukan untuk menentukan DAS (Daerah Aliran Sungai) di hulu kota.
Suatu beda kontur 25 meter biasanya cukup bagi keperluan agar efek dari jalan,
saluran dan penghalang aliran banjir lainnya dapat diperkirakan.
4.
Pola Aliran Alam,
informasi tentang pola aliran alam diperluan untuk mendapatkan gambaran tentang
kecenderungan pola letak dan arah aliran alah yang terjadi sesuai kondisi lahan
daerah rencana. Secara tidak langsung sebenarnya informasi ini dapat
diinterprestasikan dari peta topografi dengan cara mengidentifikasi bagian
lembah dan punggung. Di mana pola aliran buangan alam cenderung mengarah pada
bagian lembah.
5.
Pola aliran pada
daerah pembuangan, daerah pembuangan yang dimaksud adalah tempat pembuangan
kelebihan air dari lahan yang direncanakan
(missal: sungai, laut, danau, dan lain-lain). Informasi ini sangat
penting terutama berkaitan dengan penempatan fasilitas outletnya. Elevasi
fasilitas outlet harus dtetapkan di atas maka maksimum daerah pembuangan,
sehingga gejala terjadinya muka air balik pada rencana saluran drainase dapat
dihindari.
2.8
Susunan dan Fungsi Saluran dalam Jaringan Drainase
Sesuai dengan fungsi dan sistem kerjanya, jenis saluran
dapat dibedakan menjadi:
1.
Interceptor drain
Saluran interceptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah
terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain dibawahnya.
Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian yang relative sejajar
dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya terdapat di saluran
collector atau conveyor, atau langsung di natural drainage (drainase alam).
2.
Collector drain
Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit
yang diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang
ke saluran conveyor (pembawa).
3.
Conveyor drain
Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan
dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang
dilalui. Letak saluran ini di bagian terendah lembah dari suatu daerah sehingga
secara efektif dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang
ada.
2.9
Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Dranise
Untuk menjamin berfungsinya suatu sistem jaringan
drainase perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Pola arah aliran
Dengan melihat peta topografi kita dapat menentukan arah aliran yang
merupakan natura drainage system yang terbentuk secara alamiah, dan dapat
mengetahui toleransi lamanya genangan dari daerah tertentu.
2.
Situasi dan kondisi
fisik kota
Informasi situasi dan kondisi fisik kota baik yang ada maupun yang sedang
direncanakan perlu diketahui, antara lain:
a.
Sistem jaringan
yang ada (drainase, irigasi, air minum, dll.)
b.
Bottle neck yang
mungkin ada
c.
Batas-batas daerah
pemilikan
d.
Letak dan jumlah
prasarana yang ada
e.
Tingkat kebutuhan
drainase yang diperlukan
f.
Gambaran prioritas
daerah secara garis besar
Semua hal tersebut dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem
jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Dan pada akhirnya
dalam menentukan tata letak dar jaringan drainase bertujuan untuk mencapai
sasaran sebagai berikut:
a.
Sistem jaringan
drainase dapat berfungsi sesuai tujuan (sasaran)
b.
Menekan dampak
lingkungan (negatif) sekecil mungkin
c.
Dapat bertahan lama
(awet) ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya
d.
Biaya pembangunan
serendah mungkin
2.9
Bangunan Penunjang
Untuk menjamin berfunsinya saluran drainase secara baik
maka diperlukan bangunan-bangunan pelengkap ditempat-tempat tertentu. Jenis
bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi:
1.
Bangunan silang,
seperti gorong-gorong
2.
Bangunan pemecah
energi, seperti bangunan terjun dan saluran curam
3.
Bangunan pengaman
erosi, seperti ground sill/leveling structure
4.
Bangunan inlet,
seperti grill samping/datar
5.
Bangunan outlet,
seperi kolam loncat air
6.
Bangunan pintu air,
seperti pintu geser, pinta atomatis
7.
Bangunan rumah
pompa
8.
Bangunan kolam
tandum/pengumpul
9.
Bangunan lobang
control
10. Bangunan instalasi pengolahan limbah
11. Peralatan penunjang, berupa AWLR, ORR, Stasiun
meteorologi, detektor kualitas air
12. Dan lain sebagainya.
Semua bangunan tersebut tidak harus ada pada setiap
jaringan drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuha setempat yang
biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan dan tuntutan akan
kesempurnaan jaringannya.
BAB III
PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM DRAINASE
PERKOTAAN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS BANJIR DI KOTA BANDUNG
3.1 Pengelolaan Sistem Drainase di Lembaga Vital di Bandung
Melihat kondisi lingkungan saat ini, banyak
terjadi bencana alam yang melanda negeri Indonesia tercinta ini seperti banjir,
gunung meletus, kebakaran, dan lain-lain. Menyoroti salah satu kondisi yang
sering terjadi di bandung yaitu curah dan intensitas hujan yang semakin tinggi
mengakibatkan daerah-daerah tergenang air. Hal ini bukanlah kesalahan curah
hujan dan intensitasnya, akan tetapi banyak sekali tindakan-tindakan manusia
yang tidak bertanggung jawab dalam menyikapi lingkungan.
Salah satu upaya dalam penanganan masalah
banjir adalah dengan mengoptimalkan sistem drainase di setiap daerah. Hal ini
dimaksudkan untuk mengatur saluran air agar air tidak tergenang dan tidak
mengakibatkan bencana banjir yang akan berdampak fatal bagi keseimbangan
lingkungan.
Dalam mengkaji bagaimana fungsi
dan pengaruh sistem drainase terhadap keseimbangan lingkungan, penulis telah
mengambil beberapa sampel sebagai bahan penelitian, yaitu lembaga-lembaga vital
dan lingkungan yang sering terjadi banjir. Lembaga-lembaga vital tersebut yaitu
sekolah, rumah sakit dan kampus UPI. Alasan penulis mengambil lembaga-lembaga
vital adalah untuk mengetahui seberapa besar keberjalanan sistem drainase yang
ada pada tempat tersebut yang kita ketahui sebagai pusat pelayanan umum dan
salah satu pusat pengatur keseimbangan lingkungan. Selain itu, ini dapat
menjadi bahan pembanding sistem drainase yang berada di lingkungan yang sering
terjadi banjir sehingga kita dapat memperoleh kesimpulan secara menyeluruh.
3.1.1 Drainase di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia
Kondisi pengelolaan air di
lingkungan UPI sudah tergolong baik, dilihat dari sistem yang dimiliki yakni
water treatment and water supply. Water treatment merupakan cara-cara yang
dilakukan guna mengelola air yang ada di lingkungan kampus, sedangkan water supply
merupakan persediaan air yang disupply oleh pihak PDAM ke lingkungan kampus.
Sehingga pengelolaan drainase dan air termasuk kepada water treatment.
Dalam pengelolaan daerah
resapan air, sudah terdapat regulasi dari pemerintah bahwa dari sekian lahan
yang dimiliki, 40% merupakan daerah
resapan air. Jadi pembangunan yang dilakukan pun tetap berpegang pada aturan
tersebut. Daerah resapan terdiri dari
lahan-lahan hijau dan selokan yang terdapat di jalan-jalan utama UPI. Selokan
dibuat guna menampung air hujan dan mengalirkannya ke sungai sekitar wilayah
kampus.
UPI pun memiliki Instalasi
Pengelolaan Air limbah (IPAL) yang terdapat di gedung FPMIPA dan Poliklinik.
Hal tersebut dilakukan agar air limbah yang keluar dari lingkungan UPI yang
nantinya masuk ke saluran air masyarakat benar-benar tidak berbahaya. Dilakukan
pengecekan dahulu selama 2 bulan di laboratorium untuk memastikan hal tersebut.
IPAL hanya terdapat di gedung FPMIPA dan Poliklinik dikarenakan banyaknya bahan
kimia yang digunakan untuk eksperimen dan pengobatan. Sudah dilakukan
penghijauan untuk menambah daerah resapan air khususnya di wilayah utara
(sekitar lapangan golf).
Pentingnya drainase sudah
dirasakan oleh pihak pengelola kampus. Hal tersebut dilatarbelakangi UPI
merupakan lembaga pendidikan yang sudah selayaknya mengetahui tentang
pengelolaan lingkungan yang baik. Dan bahkan menjadi panutan oleh
lembaga-lembaga lainnya. Drainase dibutuhkan untuk menjaga agar tidak terjadi
banjir (yang dapat diakibatkan dari sedikitnya lahan penyerapan air),
mengurangi polusi, dan keasrian lingkungan.
3.1.2 Rumah Sakit advent
Rumah
sakit sebagai salah satu tempat vital di suatu perkotaan, hendaknya memiliki
system drainase yang baik, apalagi tempat tersebut erat kaitannya dengan
kesehatan. Bagaimana dengan system drainase di Rumah Sakit Advent?
Sumber air di Rumah Sakit
Advent berasal dari PDAM, dua sumur artesis dengan kedalaman 90-150 m dan
beberapa sumur pembantu yang kedalamannya sekitar 40 m. Untuk pendistribusian
air dari berbagai sumber tersebut, dapat di gambarkan seperti pada diagram di
bawah ini:
Sumur artesis WTP
PDAM Mesin
penampungan
Penampungan kecil
Seluruh
tempat di RS Advent
Air dari sumur artesis dan PDAM
disalurkan ke 4 buah mesin penampungan dengan kapasitas masing-masing mesin
penampungan sekitar 50.000 liter, kemudian air dari mesin penampungan tersebut,
disalurkan kembali ke 20 penampungan-penampungan kecil dengan kapasitas sekitar
1000 liter per penampungan. Pada akhirnya air tersebut disebarkan ke seluruh
tempat di RS Advent. Banyaknya debit air yang diperlukan untuk berbagai
keperluan di RS Advent mencapai 200.000 liter per hari. Jumlah ini, belum
termasuk kebutuhan air di gedung yang baru di bangun.
Untuk system pembuangan
limbahnya sendiri, limbah dari seluruh tempat di RS Advent ditampung dan diolah
di tempat pengolahan limbah yang letaknya berada di belakang RS Advent. System
pengolahan limbahnya menggunakan teknologi modern, sebelum limbah di buang ke
sungai, limbah tersebut melalui beberapa proses seperti proses untuk
mennghilangkan kotoran yang besar dengan menggunakan alat bernama sand filter,
setelah itu limbah diolah oleh mesin carbon filter yang bertujuan untuk
menghilangkan bau. Barulah setelah melalui beberapa proses, limbah tersebut
disalurkan ke selokan yang berada di samping RS Advent. Selain itu, untuk
menguji kelayakan limbah yang ramah lingkungan, satu bulan sekali limbah yang
akan dibuang ke selokan dites di departemen kesehatan.
Air hujan yang turun dapat
langsung menyerap ke dalam tanah sehingga tidak menyebabkan genangan. Selain
itu, air hujan yang turun berlebih dapat dengan mudah mengalir ke
selokan-selokan kecil yang terdapat di sekitar RS Advent dan kemudian mengalir
ke selokan yang lebih besar. Untuk itu, di RS Advent ini tidak pernah terjadi
banjir.
Dengan system drainase seperti
yang telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa system drainase di RS Advent
ini sudah dikelola dengan baik. Sehingga jarang sekali terjadi masalah-masalah
yang timbul akibat system drainase. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa masih ada
faktor-faktor yang menghambat kelancaran system drainase di RS ini,
diantaranya:
1.
Masih
banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan sehingga saluran air menjadi
macet.
2.
Masih
banyak pengunjung yang membuang sampah seperti tissue di closet.
3.
Rusaknya
mesin pengolahan limbah.
Untuk mengantisipasi hal-hal
yang mengganggu system drainase tersebut, pihak rumah sakit melakukan berbagai
upaya seperti:
a.
Untuk mengatasi
saluran air yang mampet akibat sampah, pihak rumah sakit memberi cairan pelarut
supaya sampah yang ada di saluran tersebut larut dalam air. Jika upaya tersebut
tidak berhasil, maka saluran air tersebut terpaksa dibongkar.
b.
Untuk saluran
drainase yang rusak, langsung dilakukan perbaikan.
c.
Untuk mesin
pengolahan limbah, dilakukan pemeriksaan secara berkala. Apabila terjadi
kerusakan pada mesin tersebut maka dilakukan penggantian komponen yang rusak.
Pengelolaan system drainase di
RS Advent yang sudah cukup baik ternyata memberikan dampak positif terutama
pada aspek:
1.
Kesehatan
masyarakat
2.
Kebersihan
lingkungan
3.
Nilai estetika
4.
Keseimbangan
ekosistem
3.1.3 Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung
Sekolah sebagai sarana pendidikan hendaknya memiliki
system drainase yang baik untuk memberikan kenyamanan bagi para siswa dalam
menuntut ilmu. Lantas seperti apakah sistem drainase di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 15 Bandung?
Sumber air yang tersedia di
sekolah tersebut ada 2 yaitu dari sumur serapan yang letaknya di belakang
sekolah dan dari PDAM. Selain itu ada pula beberapa taman sekolah yang letaknya
tersebar, berfungsi sebagai tempat penyerapan air hujan. Selain untuk menghindari
genangan air ketika hujan turun, air yang menyerap pada tanah di taman sekolah
dapat meningkatkan jumlah debit air sehingga sekolah tidak akan kekurangan
sumber air.
Untuk system pembuangan
limbahnya, sekolah menyediakan 2 septictenk untuk limbah wc yang berada di
samping sekolah. Sedangkan selokan-selokan kecil dibuat untuk tempat pembuangan
selain limbah wc, termasuk sebagai tempat mengalir air hujan yang tidak
terserap oleh tanah.
Melihat
Kondisi dari sekolah menengah pertama negeri 15 bandung, kondisi sistem
drainasenya sudah berjalan baik. Kondisi ini sangat mendukung bagi kenyamanan
di SMP Negeri 15 badung, akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa daerah
di sekitarnya dan daerah-daerah lain masih sering tergenang banjir.
3.1 Pengelolaan Sistem Drainase di Daerah Rawan Banjir
Jika kita berbicara sistem, kita pasti tahu
bahwa sistem yang dibuat telah dirancang dengan baik. Namun, yang menjadi
pertanyaan untuk kita adalah mengapa bencana alam sering terjadi, padahal
sistem telah dibuat sebaik mungkin dalam mengelola lingkungan terutama dalam
penanganan masalah banjir. Lebih jauh lagi akan dijelaskan bagaimana masyarakat menyikapi masalah banjir
yang sering terjadi akhir-akhir ini atau banjir yang selalu terjadi setiap
pekan, karena sikap tanggap masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam
menangani atau mencegah masalah banjir yang terjadi secara berulang-ulang.
Pada bagian ini penulis akan mencoba
menguraikan bagaimana sistem drainase yang ada di daerah rawan banjir dikelola
dan faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan sistem
drainase tersebut.
3.2.1 Pasar Induk Gedebage
Salah satu sampel yang kita ambil dalam mengkaji
permasalaha banjir ini adalah Pasar induk Gedebage yang merupakan daerah rawan
banjir. Pernyataan yang menjadi kunci utama dalam mengkaji maslah ini adalah
jika benar pengelolaan sistem drainase telah berjalan dengan baik, maka
bagaimana banjir bisa terjadi secara rutinan.
Dibawah ini akan diuraikan penuturan masyarakat sekitar
dalam menilai lingkungan pasar induk Gedebage. Hal-hal yang menjadi pusat
perhatian kita adalah bagaimana saluran air itu berfungsi, faktor-faktor
pendukung dalam pengelolaan sistem drainase, tingkat kepedulian masyarakat, dan
upaya dalam menangani masalah banjir.
Selokan-selokan di Pasar Induk Gedebage banyak yang
dipenuhi oleh sampah-sampah yang berasal dari limbah pasar seperti buah-buahan
yang sudah busuk. Air yang menggenangpun berwarna hitam pekat karena telah
tercampur oleh berbagai macam limbah. Menurut pengakuan pedagang sekitar, jika
hujan turun dengan deras, pasar tersebut dilanda banjir. Namun, ketinggian air
pada saat banjir sekarang-sekarang tidak seperti ketinggian air pada saat
selokan tersebut tidak pernah dibersihkan. Lokasi tersebut memang sudah
mendapat perbaikan, renovasi jalan yang dibuat lebih tinggi dan selokan yang
dibersihkan secara berkala membuat ketinggian air ketika banjir di tempat
tersebut sedikit berkurang.
Jalanan di sekitar Pasar Induk Gedebage, yaitu jalan
Soekarno-Hatta sudah dibuat tinggi dan lengkap dengan sistem drainase yang
cukup baik. Namun, masih di jalan yang sama, terdapat sebuah sungai yang
melintas. Kondisi sungai tersebut begitu kotor dan dipenuhi banyak sampah,
airnya juga keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Aliran air yang
melewati sungai tersebut menjadi terganggu oleh banyaknya sampah. Sehingga tak
heran, ketika hujan turun dengan lebat, daerah di sekitar sungai tersebut
terendam banjir tidak terkecuali pabrik Sosro yang berada beberapa meter dari
sungai tersebut.
Menurut salah satu pegawai pabrik tersebut, memang banjir
sudah menjadi agenda harian ketika hujan turun dengan lebat, bahkan tidak
hujanpun kadang-kadang terjadi banjir yang katanya banjir kiriman. Ketinggian
air pada saat banjir bisa mencapai setinggi lutut orang dewasa. Itupun sudah
dapat dikatakan lebih baik dari kondisi sebelum sungai itu tidak pernah
dibersihkan.
Di ruas jalan yang lain masih disekitar jalan Soekarno
Hatta, terlihat selokan yang digenangi air berwarna hitam pekat, mungkin air
tersebut telah tercampur oleh beragam limbah beracun yang berasal dari
pabrik-pabrik disekitar jalan tersebut. Karena memang didaerah tersebut banyak
terdapat pabrik, seperti pabrik tekstil dan pabrik makanan. Kemungkinan besar
limbah dari pabrik-pabrik tersebut tidak diolah dengan baik dan langsung
dibuang ke selokan sehingga mencemari lingkungan sekitar.
Dapat dikatakan bahwa, sistem drainase di Pasar Induk
Gedebage dan Jalan Soekarno Hatta kurang terjaga dengan baik. Hal ini
mengakibatkan sering terjadinya banjir di daerah tersebut. Padahal secara
konstruksi sistem drainase di daerah tersebut sudah cukup baik namun sayangnya
kurang kesadaran dari para masyarakat sekitar untuk tetap menjaganya terutama
kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di kali atau sungai.
3.2.1 Daerah Sekitar Aliran Sungai Citarum
Sampel kedua yang penulis ambil
sebagai daerah rawan banjir adalah kelurahan Andir kecamatan Baleendah. Daerah
ini merupakan daerah yang berada diskitar aliran sungai citarum. Penulis
melakukan observasi di daerah ini berdasarkan hipotesis bahwa daerah ini
dinilai memiliki sistem drainase yang buruk. Terlihat dari seringnya banjir di
wilayah ini.
Narasumber yang menjadi pusat
penelitian dan pengkajian masalah pengelolaan sistem drainase perkotaan
terhadap intensistas terjadinya banjir yakni warga sekitar, ketua RT 04/07
kelurahan Andir, mantan ketua RW dan tokoh LSM Barudak Baraya Citarum Cisangkuy
(B2C2).
Hasil wawancara yang dilakukan
kepada warga sekitar yaitu diantaranya Ibu sukaesih dan Ibu A’I adalah pasrah
pada keadaan yang ada karena tidak dapat pindah ke daerah lain yang lebih baik
kondisi lingkungannya. Aturan dalam menciptkan kondisi lingkungan yang bersih
dan teratur telah dibuat dan diipublikasikan, akan tetapi kesadaran masyarakat
masih jauh dari yang diharapkan, terlihat dari pembuangan sampah dipinggir
jalan dan sungai.
Data yang cukup berkesinambungan
kami peroleh dari seorang Ketua RT 04/07 kelurahan Andir yaitu bapak Aan,
beliau sudah 15 tahun tinggal di daerah tersebut. Menurut penuturan beliau
banjir selalu datang ketika hujan lebat. Dan banjir terakhir yang dirasakan
paling besar terjadi bulan Februari dengan ketinggian air sampai 2,5 m.
Faktor-faktor penyebab banjir
adalah sungai yang dangkal, sampah yang dibuang ke sungai, dan pengikisan pasir
oleh arus sungai dan daerah tersebut merupakan daerah pertemuan antara sungai
Citarum dan Cisangkuy.
Pada saat banjir ada bantuan
dari pemerintah berupa obat-obatan, bahan makanan, tenda. Adapun usaha yang
diakukan oleh pemerintah baru sebatas anjuran tidak membuang sampah ke sungai.
Alasan masyarakat membuang sampah ke sungai adalah tidak adanya truk pengangkut
sampah dan karena mental masyarakat yang ingin serba praktis. Hambatan dalam
mengatasi permasalahan bajir di daerah ini adalah sulitnya menyadarkan
masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai dan ada
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang mencuri besi-besi pintu air. Usaha
untuk mengurangi dampak banjir dengan dibuatnya tanggul sehingga kecepatan air
agak terhambat memasuki wilayah pemukiman. Dan rumah-rumah dibuat lebih tinggi
bahkan rencananya daerah ini akan dijadikan danau karena bencana banjir tidak
dapat dihindari. Rencana dari pihak pemerintah adalah melakukan rehabilitasi
besar-besaran seperti membuat gorong-gorong dan saluran irigasi pada tahun
2011.
Selain ini penulis juga
mendapatkan informasi yang cukup akurat dari penuturan seorang mantan ketua RW
dan tokoh LSM B2C2 yaitu bapak Ipin. Menurut beliau dalam memperbaiki sistem
drainase di wilayah ini dengan usaha dari berbagai pihak seperti LSM, PNPM,
ADPK dan dana stimulan dari pemerintah. Ketika banjir drainase sudah tidak
berfungsi dikarenakan kurangnya daerah resapan, daerah ini merupakan daerah
tercekung di wilayah Bandung, dan pemukiman yang padat. Pak Ipin telah
melakukan berbagai upaya diplomasi dengan pemerintah dengan menjadi tim susur Citarum, melakukan pertemuan dengan
wakil-wakil dari daerah yang sering banjir akibat sungai Citarum. Sebenarnya
masalah banjir di daerah tersebut tidak dapat dihindari tetapi hanya bisa
diminimalisi,r bahkan Gubernur sekalipun tidak tahu solusi dari masalah ini.
Selain itu pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah lingkungan seperti LSM,
BPLH hubungannya tidak harmonis karena pihak tersebut memiliki kepentingan
masing-masing. Sehingga dapat disebut masyarakat di daerah tersebut merupakan
korban kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian dari CNN , diprediksikan dalam
10 tahun ke depan jika masalah ini tidak ditanggulangi akan menjadi sungai
paling parah se-dunia.
3.3
Analisis Perbandingan Hasil Observasi
Lapangan
Pada dasarnya satu hal dengan hal
lainnya saling berkaitan. Tak ada suatu kondisi tanpa adanya keterkaitan dengan
kondisi lainnya yang saling mempengaruhi sehingga tercapai kondisi yang
diinginkan. Oleh karena itu, analisis perbandingan terhadap hasil observasi
lapangan ini akan dijadikan bahan referensi sebagai tindak lanjut yang akan
dilakukan selanjutnya agar semua objek yang terlibat kedalam siklus penciptaan
suatu kondisi yang diharapkan dapat
memahami peran atau fungsi keberadaan mereka.
Analisis yang dilakukan difokuskan
kedalam beberapa hal, yaitu:
1.
Korelasi
antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan
lingkungan sekitar.
2.
Faktor-faktor
penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.
3.
Kemungkinan
yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih
belum berjalan dengan semestinya.
Lebih jelasnya pengkajian
masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem drainase perkotaan serta
pengaruhnya terhadap intensitas terjadinya banjir diuraikan sebagai berikut.
1.
Korelasi antara pengelolaan sistem
drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan lingkungan sekitar.
Seperti yang telah dipaparkan pada
pembahasan sebelumnya bahwa pengelolaan sistem drainase yang ada di lembaga
vital berjalan dengan baik mulai dari pengaturan air yang masuk sampai pada
sistem pengolahan dan pembuangannya. Hal ini memang berdampak positif bagi
lembaga-lembaga vital tersebut. Akan tetapi, jika kita mau melihat lingkungan
sekitarnya, banyak sekali terjadi penyumbatan saluran air, genangan-genangan
air, hingga sampai pada puncak masalah yaitu banjir yang sangat disayangkan
banjir ini terjadi secara rutinan.
Pertanyaanya adalah “apakah para pembuat
dan pengguna sistem drainase tidak menyadari masalah ini?”.
Jika kita lihat semua masalah banjir
yang terjadi diakibatkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dalam
mengelola lingkungannya dan kurang atau tidak adanya saling perhatian satu sama
lain. Dapat kita lihat dari pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada,
ternyata kurangnya perhatian lembaga vital ke masyarakat atau lingkungan
sekitar mengakibatkan sistem drainase
yang ada di lingkungan sekitar tidak berjalan dengan baik. Mungkin ada
pengenalan terhadap pentingnya sistem drainase akan tetapi itu hanya terjadi
beberapa kali saja. Selain itu, masih kurangnya kesadaran untuk saling
mendukung sistem yang telah dibuat, misalnya saja tidak adanya tindakan tegas
dan penanggulangan yang cepat dari pihak yang berwenang dalam melihat realitas
kondisi lingkungan ada, salah satunya adalah papan-papan peraturan tentang
pentingnya kebersihan lingkungan tetap dipasang disetiap pelosok daerah tetapi
tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab masih tetap dapat melakukan
kejahatannya dengan tidak memperdulikan papan peringatan tersebut.
Dari sana dapat kita lihat bahwa pembuat
dan pengguna sistem drainase sebenarnya menyadari betapa kurang berjalannya sistem
drainase yang ada saat ini, namun mereka sendiri lebih terfokus pada
kepentingan mereka masing-masing demi tercapainya tujuan-tujuan yang ingin
mereka capai. Masyarakat sekitar pun masih kurang memiliki kesadaran dalam
memperhatikan lingkungan yang ada. Mereka masih membuang sampah ke sungai,
sehingga sistem drainase yang ada pun tidak dapat berjalan dengan lancar.
Pemerintah yang berusaha untuk menghimbau kepada masyarakat dan pengguna
lembaga vital untuk saling memperhatikan sistem drainase serta kebersihan
lingkungan masih dirasa kurang optimal dalam mewujudkan lingkungan yang bersih
dan sehat dengan penggunaan sistem drainase yang ada. Namun karena masih
kurangnya perhatian yang serius dari semua pihak, maka sistem yang ada hanyalah
sebuah sistem dan belum mampu berjalan dengan semestinya. Bagaimanapun juga,
pemerintah harus terus berusaha untuk mampu menciptakan lingkungan yang baik
dan pengguna lembaga vital serta masyarakat sekitar pun harus mampu bersinergi untuk
mewujudkan itu semua.
2.
Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan
pengelolaan sistem drainase.
Melihat
kondisi buruk yang nampak saat ini yaitu banjir rutinan, banyak hal yang
menjadi faktor-faktor penyebab hal tersebut. Jika dikatakan intensitas dan
debit air hujan sangat tinggi, hal ini memang benar. Akan tetapi hal ini
bukanlah faktor utama dari sekian banyak faktor yang berasal dari komponen
lingkungan itu sendiri.
Berdasarkan
kajian pustaka dan hasil obervasi lapangan yang diperoleh, terdapat beberapa
faktor-faktor penyebab terjadinya banjir rutinan yaitu sebagai berikut.
a.
Peningkatan
jumlah penduduk disuatu daerah dan tidak adanya pengaturan yang tertata oleh
lembaga pemerintah.
b.
Pengambilan
air tanah yang berlebihan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
c.
Penyempitan
dan pendangkalan saluran air.
d.
Pembuatan
sistem drainase yang belum efektif dalam konteks pengelolaan di lapangan sehingga
masih memungkinkan terjadinya banjir.
e.
Oknum
masyarakat dan pengguna lembaga vital yang masih kurang memperhatikan
lingkungan sekitar, misalnya masyarakat yang membuang samapah sembarangan dan
lembaga vital yang membuang limbahnya secara berlebihan sehingga mengganagu
sistem drainase.
f.
Oknum
masyarakat yang merusak saluran air, sehingga merusak sistem draianse yang ada.
g.
Kurangnya
perhatian lembaga vital tentang pentingnya drainase bagi masyarakat sekitar,
sehingga sistem drainase yang ada di lembaga vital tetap berjalan dengan baik
namun di lingkungan masayarakat sekitarnya masih sangat mengkhawatirkan.
3.
Kemungkinan yang terjadi di masa yang
akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum berjalan dengan
semestinya.
Manusia pada dasarnya ingin mendapatkan
hal yang baik dan lebih baik daripada sebelumnya. Akan tetapi, realita yang ada
menunjukan bahwa sebagian besar manusia menciptakan jurang yang suatu saat
mereka akan terjatuh kedalamnya. Hal ini terlihat dari kondisi masyarakat yang
kurang peduli melihat kondisi lingkungan yang ada dan tidak bertanggung jawab
atas tindakan bodoh yang telah mereka lakukan. Sebagai contoh adalah banyaknya
orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga mengganggu saluran air
yang merupakan bagian dari sistem drainase yang telah dibuat dengan baik. Pada
kondisi terburuk faktor seperti ini dapat menyebabkan banjir.
Melihat kondisi seperti ini yang terus
berlangsung tanpa adanya penanggulangan yang , maka beberapa kemungkinan yang
terjadi di masa yang akan datang jika masalah ini tidak secara optimal diatasi dan
bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua adalah sebagai berikut.
1.
Intensitas
banjir rutinan akan sering terjadi dan meluas ke berbagai daerah.
2.
Amblasan
tanah yang akan mengakibatkan kota tenggelam atau bahkan hilang.
3.
Peningkatan
jumlah penduduk yang diiringi pemusnahan penduduk secara masal melalui bencana
banjir yang lebih besar.
4.
Kiamat
kecil sebagai bentuk hancurnya bangsa indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Tata Ruang Air, Oleh: Robert J.
Kodoatie & Roestam Sjarief, Penerbit:
C.V Andi Offset: 2010
Tanpa nama. 2007. Jenis Drainase dan
Permasalahanya. [online]. Tersedia:
http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/. [9 oktober 2010].
Administrator. 2009. Drainase.
[online]. Tersedia: http://one.indoskripsi. com/node/6063. [22 Oktober 2010].
Administrator.
2010. Sejarah Drainase. [online].
Tersedia: http://kmit.faperta.ugm. ac.id/2010/03/25/sejarah-drainase/. [22 Oktober 2010].
Azwaruddin.
2008. Pemahaman Umum Drainase. [online].
Tersedia: http://azwaruddin.blogspot.com/2008/05/pemahaman-umum-drainase.html.
[22 Oktober 2010].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar