Rabu, 21 Desember 2011

PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS BANJIR DI KOTA BANDUNG


2.1              Pengertian Drainase
“Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).” (http://one.indoskripsi.com/node/6063)
Azwaruddin (2008) mengutarakan bahwa drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.
Dikutip dari (http://one.indoskripsi.com/node/6063). Bahwa dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:
1.      Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
2.      Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
3.      Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
4.      Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

2.2              Jenis Drainase dan Permasalahannya
Menurut Rato jenis drainase dan permasalahannya dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Drainase yang meliputi jenis, sistem, dan permasalahannya
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
a.          Jenis – jenis drainase
1)      Menurut sejarah terbentuknya:
a)      Drainase alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah, tidak terdapat bangunan penunjang.
b)      Drainase buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus.

2)      Menurut letak bangunan:
a)      Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu sistem pembuangan air untuk menyalurkan air di permukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
b)      Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
c)      Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

3)      Menurut fungsi :
a)      Single purpose
Suatu jenis air buangan: air hujan, limbah domestik, limbah industri, dan sebagainya.
b)      Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur.

4)      Menurut konstruksi :
a)      Saluran terbuka
b)      Saluran tertutup
Untuk air kotor di saluran yang terbentuk di tengah kota.

b.         Sistem dan permasalahan drainase
1)      Sistem drainase dibagi menjadi:
a)      tersier drainage
b)      secondary drainage
c)      main drainage
d)      sea drainage
2)      Permasalahan drainase:
Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
a)      Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
b)      Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
c)      Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
d)     Penyempitan dan pendangkalan saluran
e)      Reklamasi
f)        limbah sampah dan pasang surut

c.          Penanganan drainase perkotaan:
1)      Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2)      Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap
3)      pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui  pentingnya melanggar drainase.
4)      Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.
5)      Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk  menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

2.      Drainase lainnya
a.       Drainase Jalan Raya
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota. Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kearah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus, menikung, maka kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
b.      Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis kapasitas/debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50% , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50% sampai 5%. Kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10%, ketentuan dari FAA. Amerika Serikat, genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sisi luar lapangan terbang.
c.       Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

2.3              Sistem Drainase Perkotaan
Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Sebagai contoh ada perkembangan beberapa kawasan hunian yang diperkirakan sebagai penyebab banjir dan dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan. Oleh karena itu setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase.
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. (Azwaruddin, 2008).
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia. Selain itu semakin kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah berupa air buangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan. (Azwaruddin, 2008).
Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. (Azwaruddin, 2008).
Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat. (Azwaruddin, 2008).
Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara mengalirkannya melalui peermukaan tanah (surface drainage) atau lewat di bawah permukaan tanah (sub surface drainage), untuk sibuang ke sungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik ataupun air limbah industri. Jaringan perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota tersebut atau bermuara ke laut di tepi kota tersebut.
                        Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.
                        Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan, kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya, dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat.

2.4              Sumber Air Buangan
                        Secara umum sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan perencanaan air minum yang ada diantaranya dari rumah tangga, perdagangan, industry sedang dan ringan, pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, dan sarana rekreasi. Untuk menghindari terjadinya pembusukan dalam pengaliran air buangan harus sudah tiba di bangun pengolahan tidak lebih dari 18 jam untuk daerah tropis.
                        Dalam perencanaan, estimasi mengenai total air buangan dibagi dalam tiga hal, yaitu:
1.      Air buangan domestik, maksimum aliran air buangan domestik untuk daerah yang dilayani pada periode waktu tertentu.
2.      Infiltrasi air permukaan (hujan) dan air tanah (pada daerah pelayanan dan sepanjang pipa).
3.      Air buangan industri dan komersial, tambahan aliran maksimum dari daerah-daerah industri dan komersial.

2.5              Sistem Jaringan Drainase
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1.      Sistem Drainase Utama, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2.      Sistem Drainase Lokal, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3.      Sistem Drainase Terpisah, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4.       Sistem Gabungan, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

2.6       Sistem Pengumpulan Air Buangan
Pada sistem pengumpulan air buangan yang diperhatikan ada dua macam air buangan, yaitu air hujan dan air kotor (bekas). Cara atau sistem buangan ada tiga, yaitu:
1.      Sistem terpisah (separate system)
Air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah. Pemeliharaan sistem ini atas beberapa pertimbangan antara lain:
a.       Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama.
b.      Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.
c.       Air bangunan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak peril dan harus secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat pada daerah yang ditinjau.
            Keuntungan pada sistem terpisah antara lain:
a.       Sisitem saluran mempunyai dimensi yang kecil sehingga memudahkan pembuatannya dan operasinya.
b.      Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat.
c.       Pada instalasi pengolahan air buangan tidak ada tambahan beban kapasitas, karena penambahan air hujan.
d.      Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncaakan pembilasan sendiri, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian, yaitu harus membuat dua sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan biaya yang cukup besar.
2.      Sistem tercampur (combined system)
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama. Saluran ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain:
a.       Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat disalurkan.
b.      Kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda.
c.       Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
                   Keuntungan pada sistem tercampur antara lain:
a.       Hanya diperlukan satu sistem penyaluran air sehingga dalam pemilihannya lebih ekonomis.
b.      Terjadi pengeceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air buangan menurun.
Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian, yaitu diperlukan area yang luas untuk menempatkan instalasi tambahan untuk penanggulangan di saat-saat tertentu.
3.      Sistem Kombinasi (pscudo separate system)
Sistem kombinasi merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan. Sedang air hujan berfungsi sebagai pengecer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak bersat tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor.        Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menentukan pemilihan sistem adalah:
a.       Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disaluran melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah pelayanan.
b.      Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya diuang ke dalam sungai-sungai tersebut.
c.       Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan yang tidak tetap.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka secara teknis dan ekonomis sistem yang memungkinkan untuk diterapkan adalah sistem terpisah antara air buangan rumah tangga degan air buangan yang berasal dari air hujan. Jadi air buangan yanga akan diolah dalam bangunan pengolahan air buangan hanya berasal dari aktivitas penduduk dan industri.



2.7              Diskripsi Lingkungan Fisik dalam Sistem Drainase
Diskripsi lingkungan fisik yang dianggap penting diketahui sesuai jenisnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Tata guna lahan, merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan lahan didaerah rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus mencakup tentang kondisi eksisting maupun rencana pengembangan di masa mendatang. Informasi tersebut diperlukan untuk enentukan lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk merencanakan drainase yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah dari daerah yang bersangkutan.
2.      Prasarana lain, informasi tentang prasarana lain yang dimaksud meliputi jaringan jalan, air minum, listrik, jaringan telepon dan jaringan lain yang diperkirakan dapat menyebabkan bottle  leck. Ini dimaksudkan sebagai pertimbangan dalam menentukan trase saluran dan untuk mengidentifikasi jenis bangunan penunjang yang diperlukan.
3.      Topografi, informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran dan batas wilayah tadahnya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban perlu dilakukan pada skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 dengan beda kontur 0,5 meter di daerah datar, dan beda kontur 1 meter pada daerah curam. Pemetaan tersebut perlu mengacu pada suatu datum survai yang dikenal. Pemetaan kontur dengan skala 1 : 50.000 atau 100.000 juga munkin diperukan untuk menentukan DAS (Daerah Aliran Sungai) di hulu kota. Suatu beda kontur 25 meter biasanya cukup bagi keperluan agar efek dari jalan, saluran dan penghalang aliran banjir lainnya dapat diperkirakan.
4.      Pola Aliran Alam, informasi tentang pola aliran alam diperluan untuk mendapatkan gambaran tentang kecenderungan pola letak dan arah aliran alah yang terjadi sesuai kondisi lahan daerah rencana. Secara tidak langsung sebenarnya informasi ini dapat diinterprestasikan dari peta topografi dengan cara mengidentifikasi bagian lembah dan punggung. Di mana pola aliran buangan alam cenderung mengarah pada bagian lembah.
5.      Pola aliran pada daerah pembuangan, daerah pembuangan yang dimaksud adalah tempat pembuangan kelebihan air dari lahan yang direncanakan  (missal: sungai, laut, danau, dan lain-lain). Informasi ini sangat penting terutama berkaitan dengan penempatan fasilitas outletnya. Elevasi fasilitas outlet harus dtetapkan di atas maka maksimum daerah pembuangan, sehingga gejala terjadinya muka air balik pada rencana saluran drainase dapat dihindari.

2.8              Susunan dan Fungsi Saluran dalam Jaringan Drainase
Sesuai dengan fungsi dan sistem kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi:
1.      Interceptor drain
Saluran interceptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain dibawahnya. Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian yang relative sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya terdapat di saluran collector atau conveyor, atau langsung di natural drainage (drainase alam).
2.      Collector drain
Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor (pembawa).
3.      Conveyor drain
Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui. Letak saluran ini di bagian terendah lembah dari suatu daerah sehingga secara efektif dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang ada.

2.9              Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Dranise
Untuk menjamin berfungsinya suatu sistem jaringan drainase perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Pola arah aliran
Dengan melihat peta topografi kita dapat menentukan arah aliran yang merupakan natura drainage system yang terbentuk secara alamiah, dan dapat mengetahui toleransi lamanya genangan dari daerah tertentu.
2.      Situasi dan kondisi fisik kota
Informasi situasi dan kondisi fisik kota baik yang ada maupun yang sedang direncanakan perlu diketahui, antara lain:
a.       Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, dll.)
b.      Bottle neck yang mungkin ada
c.       Batas-batas daerah pemilikan
d.      Letak dan jumlah prasarana yang ada
e.       Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan
f.       Gambaran prioritas daerah secara garis besar
Semua hal tersebut dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Dan pada akhirnya dalam menentukan tata letak dar jaringan drainase bertujuan untuk mencapai sasaran sebagai berikut:
a.       Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan (sasaran)
b.      Menekan dampak lingkungan (negatif) sekecil mungkin
c.       Dapat bertahan lama (awet) ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya
d.      Biaya pembangunan serendah mungkin

2.9              Bangunan Penunjang
Untuk menjamin berfunsinya saluran drainase secara baik maka diperlukan bangunan-bangunan pelengkap ditempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi:
1.      Bangunan silang, seperti  gorong-gorong
2.      Bangunan pemecah energi, seperti bangunan terjun dan saluran curam
3.      Bangunan pengaman erosi, seperti ground sill/leveling structure
4.      Bangunan inlet, seperti grill samping/datar
5.      Bangunan outlet, seperi kolam loncat air
6.      Bangunan pintu air, seperti pintu geser, pinta atomatis
7.      Bangunan rumah pompa
8.      Bangunan kolam tandum/pengumpul
9.      Bangunan lobang control
10.  Bangunan instalasi pengolahan limbah
11.  Peralatan penunjang, berupa AWLR, ORR, Stasiun meteorologi, detektor kualitas air
12.  Dan lain sebagainya.
Semua bangunan tersebut tidak harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuha setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan dan tuntutan akan kesempurnaan jaringannya.









BAB III
 PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS BANJIR DI KOTA BANDUNG



3.1       Pengelolaan Sistem Drainase di Lembaga Vital di Bandung
                        Melihat kondisi lingkungan saat ini, banyak terjadi bencana alam yang melanda negeri Indonesia tercinta ini seperti banjir, gunung meletus, kebakaran, dan lain-lain. Menyoroti salah satu kondisi yang sering terjadi di bandung yaitu curah dan intensitas hujan yang semakin tinggi mengakibatkan daerah-daerah tergenang air. Hal ini bukanlah kesalahan curah hujan dan intensitasnya, akan tetapi banyak sekali tindakan-tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab dalam menyikapi lingkungan.
                        Salah satu upaya dalam penanganan masalah banjir adalah dengan mengoptimalkan sistem drainase di setiap daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur saluran air agar air tidak tergenang dan tidak mengakibatkan bencana banjir yang akan berdampak fatal bagi keseimbangan lingkungan.
Dalam mengkaji bagaimana fungsi dan pengaruh sistem drainase terhadap keseimbangan lingkungan, penulis telah mengambil beberapa sampel sebagai bahan penelitian, yaitu lembaga-lembaga vital dan lingkungan yang sering terjadi banjir. Lembaga-lembaga vital tersebut yaitu sekolah, rumah sakit dan kampus UPI. Alasan penulis mengambil lembaga-lembaga vital adalah untuk mengetahui seberapa besar keberjalanan sistem drainase yang ada pada tempat tersebut yang kita ketahui sebagai pusat pelayanan umum dan salah satu pusat pengatur keseimbangan lingkungan. Selain itu, ini dapat menjadi bahan pembanding sistem drainase yang berada di lingkungan yang sering terjadi banjir sehingga kita dapat memperoleh kesimpulan secara menyeluruh.

3.1.1    Drainase di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia
Kondisi pengelolaan air di lingkungan UPI sudah tergolong baik, dilihat dari sistem yang dimiliki yakni water treatment and water supply. Water treatment merupakan cara-cara yang dilakukan guna mengelola air yang ada di lingkungan kampus, sedangkan water supply merupakan persediaan air yang disupply oleh pihak PDAM ke lingkungan kampus. Sehingga pengelolaan drainase dan air termasuk kepada water treatment.
Dalam pengelolaan daerah resapan air, sudah terdapat regulasi dari pemerintah bahwa dari sekian lahan yang dimiliki, 40%  merupakan daerah resapan air. Jadi pembangunan yang dilakukan pun tetap berpegang pada aturan tersebut.  Daerah resapan terdiri dari lahan-lahan hijau dan selokan yang terdapat di jalan-jalan utama UPI. Selokan dibuat guna menampung air hujan dan mengalirkannya ke sungai sekitar wilayah kampus.
UPI pun memiliki Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) yang terdapat di gedung FPMIPA dan Poliklinik. Hal tersebut dilakukan agar air limbah yang keluar dari lingkungan UPI yang nantinya masuk ke saluran air masyarakat benar-benar tidak berbahaya. Dilakukan pengecekan dahulu selama 2 bulan di laboratorium untuk memastikan hal tersebut. IPAL hanya terdapat di gedung FPMIPA dan Poliklinik dikarenakan banyaknya bahan kimia yang digunakan untuk eksperimen dan pengobatan. Sudah dilakukan penghijauan untuk menambah daerah resapan air khususnya di wilayah utara (sekitar lapangan golf).
Pentingnya drainase sudah dirasakan oleh pihak pengelola kampus. Hal tersebut dilatarbelakangi UPI merupakan lembaga pendidikan yang sudah selayaknya mengetahui tentang pengelolaan lingkungan yang baik. Dan bahkan menjadi panutan oleh lembaga-lembaga lainnya. Drainase dibutuhkan untuk menjaga agar tidak terjadi banjir (yang dapat diakibatkan dari sedikitnya lahan penyerapan air), mengurangi polusi, dan keasrian lingkungan. 

            3.1.2    Rumah Sakit advent
            Rumah sakit sebagai salah satu tempat vital di suatu perkotaan, hendaknya memiliki system drainase yang baik, apalagi tempat tersebut erat kaitannya dengan kesehatan. Bagaimana dengan system drainase di Rumah Sakit Advent?
Sumber air di Rumah Sakit Advent berasal dari PDAM, dua sumur artesis dengan kedalaman 90-150 m dan beberapa sumur pembantu yang kedalamannya sekitar 40 m. Untuk pendistribusian air dari berbagai sumber tersebut, dapat di gambarkan seperti pada diagram di bawah ini:

Sumur artesis                                                   WTP

PDAM                                                 Mesin penampungan
                                                             
                                                                                    Penampungan kecil

                                                                                    Seluruh tempat di RS Advent

Air dari sumur artesis dan PDAM disalurkan ke 4 buah mesin penampungan dengan kapasitas masing-masing mesin penampungan sekitar 50.000 liter, kemudian air dari mesin penampungan tersebut, disalurkan kembali ke 20 penampungan-penampungan kecil dengan kapasitas sekitar 1000 liter per penampungan. Pada akhirnya air tersebut disebarkan ke seluruh tempat di RS Advent. Banyaknya debit air yang diperlukan untuk berbagai keperluan di RS Advent mencapai 200.000 liter per hari. Jumlah ini, belum termasuk kebutuhan air di gedung yang baru di bangun.
Untuk system pembuangan limbahnya sendiri, limbah dari seluruh tempat di RS Advent ditampung dan diolah di tempat pengolahan limbah yang letaknya berada di belakang RS Advent. System pengolahan limbahnya menggunakan teknologi modern, sebelum limbah di buang ke sungai, limbah tersebut melalui beberapa proses seperti proses untuk mennghilangkan kotoran yang besar dengan menggunakan alat bernama sand filter, setelah itu limbah diolah oleh mesin carbon filter yang bertujuan untuk menghilangkan bau. Barulah setelah melalui beberapa proses, limbah tersebut disalurkan ke selokan yang berada di samping RS Advent. Selain itu, untuk menguji kelayakan limbah yang ramah lingkungan, satu bulan sekali limbah yang akan dibuang ke selokan dites di departemen kesehatan.
Air hujan yang turun dapat langsung menyerap ke dalam tanah sehingga tidak menyebabkan genangan. Selain itu, air hujan yang turun berlebih dapat dengan mudah mengalir ke selokan-selokan kecil yang terdapat di sekitar RS Advent dan kemudian mengalir ke selokan yang lebih besar. Untuk itu, di RS Advent ini tidak pernah terjadi banjir.
Dengan system drainase seperti yang telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa system drainase di RS Advent ini sudah dikelola dengan baik. Sehingga jarang sekali terjadi masalah-masalah yang timbul akibat system drainase. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa masih ada faktor-faktor yang menghambat kelancaran system drainase di RS ini, diantaranya:
1.         Masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan sehingga saluran air menjadi macet.
2.         Masih banyak pengunjung yang membuang sampah seperti tissue di closet.
3.         Rusaknya mesin pengolahan limbah.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang mengganggu system drainase tersebut, pihak rumah sakit melakukan berbagai upaya seperti:
a.    Untuk mengatasi saluran air yang mampet akibat sampah, pihak rumah sakit memberi cairan pelarut supaya sampah yang ada di saluran tersebut larut dalam air. Jika upaya tersebut tidak berhasil, maka saluran air tersebut terpaksa dibongkar.
b.    Untuk saluran drainase yang rusak, langsung dilakukan perbaikan.
c.    Untuk mesin pengolahan limbah, dilakukan pemeriksaan secara berkala. Apabila terjadi kerusakan pada mesin tersebut maka dilakukan penggantian komponen yang rusak.
Pengelolaan system drainase di RS Advent yang sudah cukup baik ternyata memberikan dampak positif terutama pada aspek:
1.        Kesehatan masyarakat
2.        Kebersihan lingkungan
3.        Nilai estetika
4.        Keseimbangan ekosistem

3.1.3    Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung
            Sekolah sebagai sarana pendidikan hendaknya memiliki system drainase yang baik untuk memberikan kenyamanan bagi para siswa dalam menuntut ilmu. Lantas seperti apakah sistem drainase di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung?
Sumber air yang tersedia di sekolah tersebut ada 2 yaitu dari sumur serapan yang letaknya di belakang sekolah dan dari PDAM. Selain itu ada pula beberapa taman sekolah yang letaknya tersebar, berfungsi sebagai tempat penyerapan air hujan. Selain untuk menghindari genangan air ketika hujan turun, air yang menyerap pada tanah di taman sekolah dapat meningkatkan jumlah debit air sehingga sekolah tidak akan kekurangan sumber air.
Untuk system pembuangan limbahnya, sekolah menyediakan 2 septictenk untuk limbah wc yang berada di samping sekolah. Sedangkan selokan-selokan kecil dibuat untuk tempat pembuangan selain limbah wc, termasuk sebagai tempat mengalir air hujan yang tidak terserap oleh tanah.
                        Melihat Kondisi dari sekolah menengah pertama negeri 15 bandung, kondisi sistem drainasenya sudah berjalan baik. Kondisi ini sangat mendukung bagi kenyamanan di SMP Negeri 15 badung, akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa daerah di sekitarnya dan daerah-daerah lain masih sering tergenang banjir.

3.1       Pengelolaan Sistem Drainase di Daerah Rawan Banjir
                        Jika kita berbicara sistem, kita pasti tahu bahwa sistem yang dibuat telah dirancang dengan baik. Namun, yang menjadi pertanyaan untuk kita adalah mengapa bencana alam sering terjadi, padahal sistem telah dibuat sebaik mungkin dalam mengelola lingkungan terutama dalam penanganan masalah banjir. Lebih jauh lagi akan dijelaskan  bagaimana masyarakat menyikapi masalah banjir yang sering terjadi akhir-akhir ini atau banjir yang selalu terjadi setiap pekan, karena sikap tanggap masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam menangani atau mencegah masalah banjir yang terjadi secara berulang-ulang.
                        Pada bagian ini penulis akan mencoba menguraikan bagaimana sistem drainase yang ada di daerah rawan banjir dikelola dan faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan sistem drainase tersebut. 


3.2.1    Pasar Induk Gedebage
Salah satu sampel yang kita ambil dalam mengkaji permasalaha banjir ini adalah Pasar induk Gedebage yang merupakan daerah rawan banjir. Pernyataan yang menjadi kunci utama dalam mengkaji maslah ini adalah jika benar pengelolaan sistem drainase telah berjalan dengan baik, maka bagaimana banjir bisa terjadi secara rutinan. 
Dibawah ini akan diuraikan penuturan masyarakat sekitar dalam menilai lingkungan pasar induk Gedebage. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian kita adalah bagaimana saluran air itu berfungsi, faktor-faktor pendukung dalam pengelolaan sistem drainase, tingkat kepedulian masyarakat, dan upaya dalam menangani masalah banjir.  
Selokan-selokan di Pasar Induk Gedebage banyak yang dipenuhi oleh sampah-sampah yang berasal dari limbah pasar seperti buah-buahan yang sudah busuk. Air yang menggenangpun berwarna hitam pekat karena telah tercampur oleh berbagai macam limbah. Menurut pengakuan pedagang sekitar, jika hujan turun dengan deras, pasar tersebut dilanda banjir. Namun, ketinggian air pada saat banjir sekarang-sekarang tidak seperti ketinggian air pada saat selokan tersebut tidak pernah dibersihkan. Lokasi tersebut memang sudah mendapat perbaikan, renovasi jalan yang dibuat lebih tinggi dan selokan yang dibersihkan secara berkala membuat ketinggian air ketika banjir di tempat tersebut sedikit berkurang.
Jalanan di sekitar Pasar Induk Gedebage, yaitu jalan Soekarno-Hatta sudah dibuat tinggi dan lengkap dengan sistem drainase yang cukup baik. Namun, masih di jalan yang sama, terdapat sebuah sungai yang melintas. Kondisi sungai tersebut begitu kotor dan dipenuhi banyak sampah, airnya juga keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Aliran air yang melewati sungai tersebut menjadi terganggu oleh banyaknya sampah. Sehingga tak heran, ketika hujan turun dengan lebat, daerah di sekitar sungai tersebut terendam banjir tidak terkecuali pabrik Sosro yang berada beberapa meter dari sungai tersebut.
Menurut salah satu pegawai pabrik tersebut, memang banjir sudah menjadi agenda harian ketika hujan turun dengan lebat, bahkan tidak hujanpun kadang-kadang terjadi banjir yang katanya banjir kiriman. Ketinggian air pada saat banjir bisa mencapai setinggi lutut orang dewasa. Itupun sudah dapat dikatakan lebih baik dari kondisi sebelum sungai itu tidak pernah dibersihkan.
Di ruas jalan yang lain masih disekitar jalan Soekarno Hatta, terlihat selokan yang digenangi air berwarna hitam pekat, mungkin air tersebut telah tercampur oleh beragam limbah beracun yang berasal dari pabrik-pabrik disekitar jalan tersebut. Karena memang didaerah tersebut banyak terdapat pabrik, seperti pabrik tekstil dan pabrik makanan. Kemungkinan besar limbah dari pabrik-pabrik tersebut tidak diolah dengan baik dan langsung dibuang ke selokan sehingga mencemari lingkungan sekitar.
Dapat dikatakan bahwa, sistem drainase di Pasar Induk Gedebage dan Jalan Soekarno Hatta kurang terjaga dengan baik. Hal ini mengakibatkan sering terjadinya banjir di daerah tersebut. Padahal secara konstruksi sistem drainase di daerah tersebut sudah cukup baik namun sayangnya kurang kesadaran dari para masyarakat sekitar untuk tetap menjaganya terutama kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, bukan di kali atau sungai.

3.2.1    Daerah Sekitar Aliran Sungai Citarum
Sampel kedua yang penulis ambil sebagai daerah rawan banjir adalah kelurahan Andir kecamatan Baleendah. Daerah ini merupakan daerah yang berada diskitar aliran sungai citarum. Penulis melakukan observasi di daerah ini berdasarkan hipotesis bahwa daerah ini dinilai memiliki sistem drainase yang buruk. Terlihat dari seringnya banjir di wilayah ini.
Narasumber yang menjadi pusat penelitian dan pengkajian masalah pengelolaan sistem drainase perkotaan terhadap intensistas terjadinya banjir yakni warga sekitar, ketua RT 04/07 kelurahan Andir, mantan ketua RW dan tokoh LSM Barudak Baraya Citarum Cisangkuy (B2C2).
Hasil wawancara yang dilakukan kepada warga sekitar yaitu diantaranya Ibu sukaesih dan Ibu A’I adalah pasrah pada keadaan yang ada karena tidak dapat pindah ke daerah lain yang lebih baik kondisi lingkungannya. Aturan dalam menciptkan kondisi lingkungan yang bersih dan teratur telah dibuat dan diipublikasikan, akan tetapi kesadaran masyarakat masih jauh dari yang diharapkan, terlihat dari pembuangan sampah dipinggir jalan dan sungai.
Data yang cukup berkesinambungan kami peroleh dari seorang Ketua RT 04/07 kelurahan Andir yaitu bapak Aan, beliau sudah 15 tahun tinggal di daerah tersebut. Menurut penuturan beliau banjir selalu datang ketika hujan lebat. Dan banjir terakhir yang dirasakan paling besar terjadi bulan Februari dengan ketinggian air sampai 2,5 m.
Faktor-faktor penyebab banjir adalah sungai yang dangkal, sampah yang dibuang ke sungai, dan pengikisan pasir oleh arus sungai dan daerah tersebut merupakan daerah pertemuan antara sungai Citarum dan Cisangkuy.
Pada saat banjir ada bantuan dari pemerintah berupa obat-obatan, bahan makanan, tenda. Adapun usaha yang diakukan oleh pemerintah baru sebatas anjuran tidak membuang sampah ke sungai. Alasan masyarakat membuang sampah ke sungai adalah tidak adanya truk pengangkut sampah dan karena mental masyarakat yang ingin serba praktis. Hambatan dalam mengatasi permasalahan bajir di daerah ini adalah sulitnya menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai dan ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang mencuri besi-besi pintu air. Usaha untuk mengurangi dampak banjir dengan dibuatnya tanggul sehingga kecepatan air agak terhambat memasuki wilayah pemukiman. Dan rumah-rumah dibuat lebih tinggi bahkan rencananya daerah ini akan dijadikan danau karena bencana banjir tidak dapat dihindari. Rencana dari pihak pemerintah adalah melakukan rehabilitasi besar-besaran seperti membuat gorong-gorong dan saluran irigasi pada tahun 2011.
Selain ini penulis juga mendapatkan informasi yang cukup akurat dari penuturan seorang mantan ketua RW dan tokoh LSM B2C2 yaitu bapak Ipin. Menurut beliau dalam memperbaiki sistem drainase di wilayah ini dengan usaha dari berbagai pihak seperti LSM, PNPM, ADPK dan dana stimulan dari pemerintah. Ketika banjir drainase sudah tidak berfungsi dikarenakan kurangnya daerah resapan, daerah ini merupakan daerah tercekung di wilayah Bandung, dan pemukiman yang padat. Pak Ipin telah melakukan berbagai upaya diplomasi dengan pemerintah dengan menjadi tim  susur Citarum, melakukan pertemuan dengan wakil-wakil dari daerah yang sering banjir akibat sungai Citarum. Sebenarnya masalah banjir di daerah tersebut tidak dapat dihindari tetapi hanya bisa diminimalisi,r bahkan Gubernur sekalipun tidak tahu solusi dari masalah ini. Selain itu pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah lingkungan seperti LSM, BPLH hubungannya tidak harmonis karena pihak tersebut memiliki kepentingan masing-masing. Sehingga dapat disebut masyarakat di daerah tersebut merupakan korban kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian dari CNN , diprediksikan dalam 10 tahun ke depan jika masalah ini tidak ditanggulangi akan menjadi sungai paling parah se-dunia.

3.3              Analisis Perbandingan Hasil Observasi Lapangan
Pada dasarnya satu hal dengan hal lainnya saling berkaitan. Tak ada suatu kondisi tanpa adanya keterkaitan dengan kondisi lainnya yang saling mempengaruhi sehingga tercapai kondisi yang diinginkan. Oleh karena itu, analisis perbandingan terhadap hasil observasi lapangan ini akan dijadikan bahan referensi sebagai tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya agar semua objek yang terlibat kedalam siklus penciptaan suatu kondisi yang diharapkan  dapat memahami peran atau fungsi keberadaan mereka.
Analisis yang dilakukan difokuskan kedalam beberapa hal, yaitu:
1.         Korelasi antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan lingkungan sekitar.
2.         Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.
3.         Kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum berjalan dengan semestinya.

Lebih jelasnya pengkajian masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem drainase perkotaan serta pengaruhnya terhadap intensitas terjadinya banjir diuraikan sebagai berikut.
1.         Korelasi antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan lingkungan sekitar.
Seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengelolaan sistem drainase yang ada di lembaga vital berjalan dengan baik mulai dari pengaturan air yang masuk sampai pada sistem pengolahan dan pembuangannya. Hal ini memang berdampak positif bagi lembaga-lembaga vital tersebut. Akan tetapi, jika kita mau melihat lingkungan sekitarnya, banyak sekali terjadi penyumbatan saluran air, genangan-genangan air, hingga sampai pada puncak masalah yaitu banjir yang sangat disayangkan banjir ini terjadi secara rutinan.
Pertanyaanya adalah “apakah para pembuat dan pengguna sistem drainase tidak menyadari masalah ini?”.
Jika kita lihat semua masalah banjir yang terjadi diakibatkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dalam mengelola lingkungannya dan kurang atau tidak adanya saling perhatian satu sama lain. Dapat kita lihat dari pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada, ternyata kurangnya perhatian lembaga vital ke masyarakat atau lingkungan sekitar  mengakibatkan sistem drainase yang ada di lingkungan sekitar tidak berjalan dengan baik. Mungkin ada pengenalan terhadap pentingnya sistem drainase akan tetapi itu hanya terjadi beberapa kali saja. Selain itu, masih kurangnya kesadaran untuk saling mendukung sistem yang telah dibuat, misalnya saja tidak adanya tindakan tegas dan penanggulangan yang cepat dari pihak yang berwenang dalam melihat realitas kondisi lingkungan ada, salah satunya adalah papan-papan peraturan tentang pentingnya kebersihan lingkungan tetap dipasang disetiap pelosok daerah tetapi tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab masih tetap dapat melakukan kejahatannya dengan tidak memperdulikan papan peringatan tersebut.
Dari sana dapat kita lihat bahwa pembuat dan pengguna sistem drainase sebenarnya menyadari betapa kurang berjalannya sistem drainase yang ada saat ini, namun mereka sendiri lebih terfokus pada kepentingan mereka masing-masing demi tercapainya tujuan-tujuan yang ingin mereka capai. Masyarakat sekitar pun masih kurang memiliki kesadaran dalam memperhatikan lingkungan yang ada. Mereka masih membuang sampah ke sungai, sehingga sistem drainase yang ada pun tidak dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah yang berusaha untuk menghimbau kepada masyarakat dan pengguna lembaga vital untuk saling memperhatikan sistem drainase serta kebersihan lingkungan masih dirasa kurang optimal dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat dengan penggunaan sistem drainase yang ada. Namun karena masih kurangnya perhatian yang serius dari semua pihak, maka sistem yang ada hanyalah sebuah sistem dan belum mampu berjalan dengan semestinya. Bagaimanapun juga, pemerintah harus terus berusaha untuk mampu menciptakan lingkungan yang baik dan pengguna lembaga vital serta masyarakat sekitar pun harus mampu bersinergi untuk mewujudkan itu semua.

2.      Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.
           Melihat kondisi buruk yang nampak saat ini yaitu banjir rutinan, banyak hal yang menjadi faktor-faktor penyebab hal tersebut. Jika dikatakan intensitas dan debit air hujan sangat tinggi, hal ini memang benar. Akan tetapi hal ini bukanlah faktor utama dari sekian banyak faktor yang berasal dari komponen lingkungan itu sendiri.
           Berdasarkan kajian pustaka dan hasil obervasi lapangan yang diperoleh, terdapat beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya banjir rutinan yaitu sebagai berikut.
a.       Peningkatan jumlah penduduk disuatu daerah dan tidak adanya pengaturan yang tertata oleh lembaga pemerintah.
b.      Pengambilan air tanah yang berlebihan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
c.       Penyempitan dan pendangkalan saluran air.
d.      Pembuatan sistem drainase yang belum efektif dalam konteks pengelolaan di lapangan sehingga masih memungkinkan terjadinya banjir.
e.       Oknum masyarakat dan pengguna lembaga vital yang masih kurang memperhatikan lingkungan sekitar, misalnya masyarakat yang membuang samapah sembarangan dan lembaga vital yang membuang limbahnya secara berlebihan sehingga mengganagu sistem drainase.
f.       Oknum masyarakat yang merusak saluran air, sehingga merusak sistem draianse yang ada.
g.      Kurangnya perhatian lembaga vital tentang pentingnya drainase bagi masyarakat sekitar, sehingga sistem drainase yang ada di lembaga vital tetap berjalan dengan baik namun di lingkungan masayarakat sekitarnya masih sangat mengkhawatirkan.

3.      Kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum berjalan dengan semestinya.
Manusia pada dasarnya ingin mendapatkan hal yang baik dan lebih baik daripada sebelumnya. Akan tetapi, realita yang ada menunjukan bahwa sebagian besar manusia menciptakan jurang yang suatu saat mereka akan terjatuh kedalamnya. Hal ini terlihat dari kondisi masyarakat yang kurang peduli melihat kondisi lingkungan yang ada dan tidak bertanggung jawab atas tindakan bodoh yang telah mereka lakukan. Sebagai contoh adalah banyaknya orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga mengganggu saluran air yang merupakan bagian dari sistem drainase yang telah dibuat dengan baik. Pada kondisi terburuk faktor seperti ini dapat menyebabkan banjir.
Melihat kondisi seperti ini yang terus berlangsung tanpa adanya penanggulangan yang , maka beberapa kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika masalah ini tidak secara optimal diatasi dan bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua adalah sebagai berikut.
1.        Intensitas banjir rutinan akan sering terjadi dan meluas ke berbagai daerah.
2.        Amblasan tanah yang akan mengakibatkan kota tenggelam atau bahkan hilang.
3.        Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi pemusnahan penduduk secara masal melalui bencana banjir yang lebih besar.
4.        Kiamat kecil sebagai bentuk hancurnya bangsa indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA
 
Buku: Tata Ruang Air,  Oleh: Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief, Penerbit: C.V Andi Offset: 2010
Tanpa nama. 2007. Jenis Drainase dan Permasalahanya. [online]. Tersedia: http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/. [9 oktober 2010].
Administrator. 2009. Drainase. [online]. Tersedia: http://one.indoskripsi. com/node/6063. [22 Oktober 2010].
Administrator. 2010. Sejarah Drainase. [online]. Tersedia: http://kmit.faperta.ugm. ac.id/2010/03/25/sejarah-drainase/. [22 Oktober 2010].
Azwaruddin. 2008. Pemahaman Umum Drainase. [online]. Tersedia: http://azwaruddin.blogspot.com/2008/05/pemahaman-umum-drainase.html. [22 Oktober 2010].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar